Al-Qur\’an mencakup beberapa versi mengenai musyawarah sebagai metode untuk memecahkan masalah secara kolektif. Apa sajakah bukti atau dalil seputar musyawarah yang bisa kita temui di dalamnya?
Musyawarah
Merupakan dialog dan diskusi tentang sebuah masalah dengan tujuan mencapai manfaat bersama. Dalam Islam, musyawarah digunakan sebagai metode optimal untuk pengambilan keputusan. Sebab, keputusan tersebut dibuat berdasarkan persetujuan bersama.
Sebaliknya, manusia adalah makhluk sosial yang tak dapat bertahan sendiri tanpa adanya interaksi dengan orang lain.
Musyawarah
Sudah biasa terjadi dan dapat diterima walaupun hanya pada skala minimal misalnya di kalangan keluarga atau di antara teman-teman. Nabi Muhammad SAW sering kali melakukan ini, sebagaimana diriwayatkan dalam hadits mengenai musyawarah dari Abu Hurairah yang berkata:
belum pernah saya temui orang yang selalu melakukan itu
musyawarah
selain itu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.\” (H.R. Tirmidzi).
1. Surah Al-Baqarah Versi 233
Dan para ibu menyusui anak-anak mereka selama dua tahun penuh bagi yang ingin menyelesaikan masa menyusu. Bagi bapaknya, dia wajib memberi makan dan pakaian kepada sang ibu sesuai dengan kemampuan finansial secara adil. Tidak ada beban yang melebihi kapasitas seseorang. Ibu tidak boleh dirugikan karena si jabang bayi, demikian juga sebaliknya. Hak serupa berlaku untuk ahli waris. Jika keduanya sepakat untuk memutuskannya bersama-sama maka hal itu sah-sah saja tanpa cela. Dan jika kamu menginginkan orang lain merawat anakmu asalkan membayar ganti rugi atas apa pun yang telah diberikan dalam batasan keadilan, lakukanlah tanpa rasa khawatir serta bertakwa pada Allah; ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat terhadap segala perbuatan yang kalian kerjakan.
Orang tua memiliki hak untuk mendidik anak-anak mereka selama dua tahun penuh jika diinginkan dan bertujuan memelihara hubungan ibu dengan bayinya. Mereka harus menyediakan kebutuhan hidup dan pakaian bagi siapa pun yang merawatnya sesuai kemampuan. Orang tua tidak boleh mengganggu atau memberikan beban berlebih kepada pengasuh, begitu juga sebaliknya. Hak warisan sama dengannya; apabila kedua belah pihak ingin mencapai kesepakatan atas dasar persetujuan bersama maka hal itu sah-sah saja tanpa ada cela terhadap salah satu dari mereka. Jika orang-orang tersebut menyetujui bahwa anak-anak mereka akan dirawat oleh mereka sendiri, tidak ada dosa pada Anda asalkan penyerahan dilakukan dalam batasan baik-baik serta tetap menjaga ketentraman hati Allah SWT. Dan ingatlah bahwa Allah sangat teliti melihat segala perbuatanmu.
Artinya: \”Wali-haulah diwajibkan untuk menyusui anak-anak mereka selama dua tahun penuh, sesuai bagi mereka yang menginginkan penyusuan sempurna. Kewajiban bapak adalah membebaskan diri dalam hal memberikan makanan dan pakaian kepada wali-haulah berdasarkan kebaikan. Tiada beban pada seseorang lebih dari kemampuannya sendiri. Seorang wanita tidak boleh merasakan kesulitan akibat sang anak, begitu juga sebaliknya. Waris memiliki tanggung jawab serupa. Bila kedua belah pihak bersedia meyapih (sebelum masa itu), secara sukarela serta musyawarah antara keduanya, tak terdapat dosa atas perbuatan tersebut. Namun, jikalau Anda berniat agar si buah hati disusui oleh orang lain, tiadalah dosa jika Anda membayar upah pantas sebagai gantinya. Taklubillahi dan sadari bahwa Tuhanmu Maha Mengetahui segala tindakanmu.\” (QS. Al-Baqarah [2]: 233)
2. Ayat 159 dari Surah Ali Imran
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلْقَلْبِ لَٱنفَضُّوا۟ مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَٱعْفُ عَنْهُمْ وَٱسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى ٱلْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُتَوَكِّلِينَ
Fa bimā raḥmatim minallāhi linta lahum, walau kunta faẓẓan galīẓal-qalbi lanfaḍḍụ min ḥaulika fa\’fu \’an-hum wastagfir lahum wa syāwir-hum fil-amr, fa iżā \’azamta fa tawakkal \’alallāh, innallāha yuḥibbul-mutawakkilīn
Artinya: \”Maka disebabkan rahmat dari
Allah-lah
kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawarahlah
Dengannya mengenai hal tersebut. Setelah itu bila kalian sudah menentukan keputusannya, percayakanlah pada Allah. Sungguh, Allah mencintai kaum yang berserah diri kepadaNya,\” (QS. Ali Imran [3]: 159)
3. Dalam surah Yusuf ayat 54 sampai 55
Dan raja itu berkata, \”Bawa dia kepadaku agar aku bisa memilikinya.\” Setelah berbicara dengannya, ia mengatakan, \”Sekarang engkau di hadapanku sebagai seorang yang terhormat dan dipercaya.\”
Dia berkata: \”Jadikanlah aku bertanggung jawab atas harta-harta terpendam di bumi ini, karena sungguh aku pandai dan penuh pengalaman.\”
Dia berkata kepada raja: \”Biarkan aku mengurusinya untuk dirimu sendiri.\” Setelah sang raja berbicara dengannya, ia menjawab: \”Hari ini aku di sisiMu adalah yang terpenting dan setia.\” Lalu dia menambahkan: \”Berikanlah kepadaku tanggung jawab atas gudang-gudang bumi karena aku penyimpan yang bijaksana.\”
Artinya: \”Dan sang raja berkata: \’Kirimkan Yusuf kepada saya supaya saya menjadikannya dekat dan terpercaya di sisiku.\’ Setelah si raja bertemu dengannya, ia mengatakan: \’Mulai saat ini Anda akan memiliki kedudukan yang mulia serta mendapat kepercayaan dari kami.\’ Yusuf pun menanggapi: \’ Jadilah aku bendahara negeri tersebut karena saya sangat mahir dalam pengelolaan dan penuh pengetahuan,\’\” (QS. Yusuf [12]: 54-55).
4. Surah An-Naml Versi 29-35
Dia berkata, \”Wahai para pembesar, sesungguhnya aku mendapatkan sebuah kitab yang mulia.\”
Ini adalah dari Sulaiman dan ini ditulis dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
agar tidak sombong terhadapku dan datanglah kepadaku dalam keadaan tunduk sebagai Muslim.
Dia berkata, \”Wahai para pemuka, bantulah saya dalam urusan ini. Saya tidak pernah membuat keputusan tanpa hadirin semua.\”
Mereka berkata, \”Kami adalah orang-orang yang berkuatan dan memiliki keberanian yang kuat. Keputusan ada di tanganmu, maka pandanglah apa perintahmu.\”
Dia berkata bahwa ketika raja-raja masuk ke sebuah kota, mereka merusaknya dan menjadikan orang-orang terhormat di sana hina. Begitulah yang mereka lakukan.
Dan sesungguhnya aku akan mengirimkan mereka sebuah hadiah, lalu menantikan bagaimana kembalinya para utusan.
Dia berkata: \”Wahai para malaikku, sesungguhnya aku mendapatkan sebuah kitab yang mulia. Kitab ini dari Sulaiman dan dimuali dengan basmalah Basmallah Al-Rahman Al-Rahim. Janganlah kamu bangkit melawan aku, tetapi hendaklah kamu menjadi orang-orang Muslimin.\” Dia berkata lagi: \” Wahai para malaikku jelaskan mengenai perintahku ini; karena tidak akan ada keputusan dalam urusanku tanpa adanya kesaksianmu\”. Mereka menjawab: Kami memiliki kemampuan serta kekuatan hebat dan kuat juga perintah adalah pada dirimu maka lihat apa saja yang engkau perintahkan kepada kami\” . Dia berucap:\”Sesungguhnya raja-rara jika masuk suatu negeri pasti merusakkannya lantas mereka menundukkan kaum yang terpujak di negerinya. Demikian pula merekapun melakukan hal itu. Dan sungguh Aku telah dikirimkan kepada mereka sebagai pembawa hadiah sehingga kita dapat memperhatikan bagaimana nasib utusan-utusanku tersebut\”.
Artinya: \”Berkata ia (Balqis): \’Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia. Sesungguhnya surat itu, dari Sulaiman dan sesungguhnya (isi)nya: \’Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri\’.
Berkata dia (Balqis): \’Hai para pembesar berilah aku pertimbangan dalam urusanku (ini) aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sebelum kamu berada dalam majelis(ku)\’.
Mereka menjawab: \’Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan (juga) memiliki keberanian yang sangat (dalam peperangan), dan keputusan berada di tanganmu, maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan\’.
Dia berujar: \”Memang benar bahwa ketika para raja masuk ke sebuah negara, mereka cenderung merusaknya dan membuat orang-oranga terhormat di sana menjadi lemah; begitulah pula hal-hal yang biasanya mereka lakukan. Oleh karena itu, saya berniat untuk mengirim utusan membawa hadiah, dan akan menantikan balasan dari tindakan tersebut\” (QS. An-Naml [27] : 29-35).
5. Dalam surah As-Syura ayat 36 sampai 38 terdapat firman Allah:
Maka apa yang telah kalian peroleh adalah kenikmatan dari kehidupan dunia saja, sedangkan apa yang ada di sisi Allah lebih baik dan abadi bagi mereka yang beriman dan bertawakal kepada Tuhan-Nya.
Dan mereka yang menjauhi perbuatan-perbuatan besar dan dosa, serta apabila marah mereka pasti mengampuni.
Dan mereka yang taat kepada Tuhannya, dan menjalankan sholat, serta urusan mereka diatur melalui musyawarah antar mereka sendiri, dan dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka, mereka menafkahkan sebagian darinya.
Beriman dan jangan mengingkari kehidupan dunia ini, karena sesungguhnya di sisi Allah lah yang terbaik. Dan apa pun yang baik bagi orang-orang beriman serta mereka bertawakal kepada Tuhan-Nya. Orang-orang yang menjauhi perbuatan-perbuatan buruk dan dosa, ketika marah mereka dapat memaafkan. Mereka mendengar wahyu dari Tuhannya, melaksanakan sholat dengan khusyuk, berkonsultasi dalam menyelesaikan masalah-masalah, dan menggunakan rezeki yang diberi untuk hal-hal positif.
Artinya: \”Jadi apa pun yang telah dikaruniakan kepada Anda merupakan nikmat dalam kehidupan di dunia ini; tetapi apa yang tersimpan bersama Allah jauh lebih baik dan abadi untuk para pempercaya, serta hanya kepada-Nyalah mereka mengandalkan diri. Bagi mereka yang menjaga diri terhindar dari pelaku dosa besar dan tindakan buruk, bahkan ketika amarah melanda, mereka memilih untuk berkompromi. Demikian pula bagi mereka yang merespons panggilan Tuhan dan secara konsisten melakukan salat, kemudian masalah-masalahnya diselesaikan melalui musyawarah antara satu sama lain; dan mereka menggunakan bagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka sebagai bentuk ibadah.\” (QS. Asy-Syura [42]: 36-38)
Etika
Hal tersebut dijabarkan dalam Surah Ali Imran Ayat 159 yakni:
Dengan rahmat Allah yang besar kepada mereka, engkau menjadi lembut terhadap mereka. Dan jika kamu bersikap kasar dan keras hati, tentu saja mereka akan meninggalkanmu. Oleh karena itu, maafkanlah mereka, mintalah ampun untuk mereka, dan diskusikan dengan mereka mengenai suatu urusan.
Sebab rahmat Allah yang kamu miliki untuk mereka itu, walaupun engkau merasa berat hati terhadap hal ini, niscaya orang-orang tersebut akan meninggalkan mu karena ketidakmampuanmu menahan mereka. Maafkanlah dan mintalah ampunan bagi mereka serta diskusikan bersama mengenai urusan ini….
Artinya: \”Karena itu, karena karunia Allah lah engkau bersikap lemah lembut kepada mereka. Jika engkau bersikap keras kepala dan hati nuranimu dingin, pastilah mereka akan menjauhimu. Oleh karenanya, ampunilah mereka, minta ampunan untuk mereka, dan musyawarkanlah dengannya mengenai hal tersebut…\” . (QS. Ali Imran [3] : 159)
2. Lapang dada dan bersedia mendengarkan pendapat orang lain
Musyawarah melibatkan lebih dari satu orang dengan pikiran yang sangat mungkin berlainan. Setiap peserta musyawarah harus mempersiapkan mental agar mau mendengarkan pendapat orang lain. Ia harus bermusyawarah dengan kejernihan hati dan tidak mudah tersinggung saat usulannya ditolak.
3. Melibatkan Allah saat bermusyawarah
Seorang Muslim harus mengenali bahwa kemampuan berpikir rasional mereka memiliki batasan. Oleh karena itu, siapa pun yang berkonsultasi tentang masalah sebaiknya juga meminta petunjuk.
Allah
Subhanahu Wa Ta\’ala, berserah diri kepada-Nya, termasuk melakukan salat istikharah khususnya saat hendak membuat keputusan penting yang mempengaruhi sejumlah besar orang.