infoaskara.com
Terkadang kita merasa kurang baik dan itu merupakan sesuatu yang normal.
Tetapi bila Anda terus-menerus sukses menampilkan kesenangan walaupun perasaan Anda mengatakan sebaliknya, bisa jadi Anda mahir dalam memalsukan kenyataan bahwa segalanya berjalan dengan lancar.
Menariknya, dari sudut pandang psikologi, terdapat berbagai karakteristik pada individu yang ahli dalam menyembunyikan trauma internal melalui senyum, gelak tawa, dan juga kegiatan yang kelihatan sibuk namun produktif.
Apabila Anda kerap mengalami perasaan seolah-olah tengah memainkan peran orang bahagia di atas pentas hidup, pertimbangkan keenam ciri berikut ini sesuai dengan artikel dari Blog Herald pada hari Minggu (20/4).
1. Anda Terus Mengatakan, \”Semuanya Baik-Baik Saja\”
Kami semua pasti pernah merasakannya. Ada kalanya seseorang menanyakan, \”Bagaimana keadaanmu?\”, lalu kita segera membalas, \”Saya baik-baik saja,\” padahal sesungguhnya ada berbagai persoalan yang tengah kita hadapi secara diam-diam.
Inilah karakteristik paling umum dari seseorang yang pura-pura jadi ahli. Mereka telah terbiasa untuk menjawab pertanyaan seadannya dengan respon netral, walaupun mungkin tidak sesuai dengan perasaan mereka.
Kenapa begitu? Sebab mengaku bahwa kita sedang tidak baik membutuhkan keberanian, dan tak setiap orang mau terbuka tentang hal tersebut.
2. Jago Memindahkan Perbincangan Secara Halus
Berikutnya: Anda mengetahui dengan tepat kapan dan cara memindahkan pembicaraan dari masalah pribadi menuju ke topik-topik yang lebih santai atau humoris. Hal ini bukan hanya tentang kemampuan bersosialisasi, tetapi juga bisa menjadi salah satu strategi perlindungan diri.
Jika Anda selalu mengelak dari pembicaraan yang menyinggung aspek emosi, ini dapat ditafsirkan sebagai tanda bahwa Anda seorang pakar dalam pura-pura. Menyembunyikan perasaan bukannya membuatnya lenyap—perasaan tersebut justru tertahan, dan kemungkinan besar akan timbul lagi pada waktu tak terduga.
3. Kamu Terus Menyeringai Tak Peduli Bagaimanapun Kondisi Perasaanmu
Tersenyum tentu dapat membantu meredakan suasana hati. Namun, jika Anda selalu tersenyum bahkan sesaat sejak menjalani hari yang sulit, ini bisa menjadi indikator bahwa Anda mungkin tengah berusaha menutupi suatu trauma.
Banyak individu memakai senyuman sebagai bentuk penutup. Hal ini merupakan tanda bagi seseorang yang biasanya menyembunyikan perasaannya yang sesungguhnya. Mereka tampak bersahabat, gembira, dan riang tetapi di dalam mungkin dipenuhi dengan beban. Jika kamu mengalami hal tersebut juga, itu normal saja. Kamu bukanlah satu-satunya.
4. Selalu Sibuk
KaleNDER ramai, jADwal sempit, dan nyaris tiada saat untuk tenang. Bisa diartikan sebagai efisiensi, ya? Tetapi berhati-hatilah, ini pun dapat menjadi metode menghindar dari emosi.
Jika Anda sering kali sangat disibukkan, bisa jadi Anda menjadikan kegiatan tersebut sebagai benteng perlindungan diri. Hal ini merupakan cara tak sadar untuk melepaskan emosi yang kurang menyenangkan. Sebagai gantinya dari menghadapi masalahnya langsung, Anda memenuhi hari dengan beragam pekerjaan dan janji temu.
Psikologi mengenal hal ini sebagai jenis \’pertahanan diri\’. Ini adalah suatu cara agar Anda bisa hindari penghadapan langsung dengan emosi tersebut. Jika itu tampaknya umum bagi Anda, kemungkinan besar Anda tengah jadi spesialis dalam memainkan peran seolah-olah segalanya baik-benar.
5. Anda Menghidupkan Acara dengan Jiwa Pesta
Sering kali menjadi fokus utama, selalu berusaha membuat suasana lebih hidup, dan tak pernah kekurangan tenaga saat bertemu orang lain. Namun, sebaiknya diingat bahwa ini mungkin hanyalah metode Anda untuk menutupi emosi yang masih terpendam.
Menjadi pusat perhatian di sebuah acara tak selalu menunjukkan bahwa seseorang tengah merasakan kegembiraan. Sebaliknya, ini mungkin menjadi cara untuk mengimbangi mood yang sedang labil.
Hal ini pun menunjukkan karakter seseorang yang lebih mementingkan kenyamanan orang lain daripada jujur pada dirinya sendiri. Dengan menjadi pusat tawa dan motivasi, Anda tak cuma membuat orang di sekitar merasa senang, tetapi juga mencoba membujuk diri bahwa segalanya akan oke—meski hal tersebut hanyalah sebuah ilusi.
6. Anda Terus Merasa Perlu Menjadi Kekuatan
Perasaan \”harus kuat\” biasanya muncul karena tekanan sosial dan juga berdasarkan pada pengalaman masa lalu Anda. Bisa jadi Anda sebagai anak pertama yang sudah terbiasa merawat adik-adik, atau seorang wanita dewasa yang senantiasa dijadikan tempat pelampiasan masalah oleh banyak orang.
Tidak disadari, Anda telah tumbuh menjadi orang yang merasa tak memiliki opsi lain kecuali untuk nampak kuat. Meski jiwanya lelah, Anda masih kokoh berdiri dan mengucapkan, \”Saya mampu.\”
Apabila Anda merasa tak memiliki ruang untuk menunjukkan ketidaksempurnaan, besar kemungkinannya Anda menjadi pakar dalam menyembunyikan kenyataan bahwa segalanya sebenarnya baik-baik saja. Meski tampak sempurna dari luar, ingatlah bahwa emosi Anda tetap penting dan memerlukan suatu cara untuk dikeluarkan ke permukaan.
Bukan berarti menjadi orang yang tangguh harus selalu kelihatan senang. Malah, keberanian untuk bersikap jujur pada diri sendiri menunjukkan kekuatan yang lebih otentik.
Apabila kamu mengamati satu atau beberapa ciri tersebut pada dirimu sendiri, janganlah berkecil hati. Kamu hanyalah seorang manusia, dan untuk menjadi manusia terkadang memang tak selalu sederhana.