infoaskara.com
Pernahkah kau merasa pernah mendengar nasihat panjang dari orang tuamu, tetapi kemudian menyaksikannya bertindak berlawanan dengan apa yang dia katakan beberapa saat setelahnya?
Relax, Anda bukan satu-satunya. Orang tua sering dianggap bijaksana; mereka memiliki berbagai macam cerita hidup yang tak ragu-ragu untuk dibagikan. Akan tetapi, kadang-kadang kita hanya bisa menggelengkan kepala dengan senyuman pahit lantaran saran mereka tampak terlalu idealistis. Meski demikian, dalam praktikknya, hal tersebut belum tentu seperti itu saja.
Tidak bermaksud untuk saling menyalahkan, mari kita diskusikan secara tenang dan jujur. Siapa tahu, kita juga bisa saja telah melakukannya sebelumnya.
Berdasarkan kutipan dari infoaskara.com diambil dari situs web Geediting.com pada hari Sabtu, 19 April 2025, berikut tercantum delapan nasihat yang kerap diberikan oleh para orangtua tetapi malah sesekali mereka sendiri tak mengikuti saran tersebut.
1. Perlu Hidup dengan Bijak dalam Hal Keuangan dan Tanggung Jawab Finansial!
Sepertinya ini menjadi pilihan favorit bagi para orangtua semuanya.
Jaga pengeluaran,\” \”Prioritaskan keperluan, bukan kemauan,\” atau \”Simpan uang untuk hari esok.
Namun, cobalah amati. Berapa banyak kita melihat orang membeli hal-hal yang tidak benar-benar diperlukan? Sebagai contoh, seseorang membeli tiga set kontainer penyimpanan Tupperware meskipun lemari es dan laci rumahnya telah dipenuhi oleh jenis wadah yang sama. Atau mungkin Anda juga termasuk dalam golongan yang tergiur untuk mendapatkan gadget baru sedangkan model sebelumnya masih berfungsi dengan baik?
Pokoknya begitu: pesanannya memang tepat, tetapi terkadang cara melakukannya sedikit lebih fleksibel.
2. Batasi Waktumu di Depan Layar, Anakku!
Siapakah yang mengira hanya Generasi Muda saja yang suka menonton Netflix?
Banyak kakek nenek yang rajin menyarankan putra dan putrinya untuk membatasi waktu mereka di hadapan layar.
Tapi, cobalah perhatikan ruangan keluarga pada malam hari: mereka mungkin menoton serial televisi dari petang hingga dini hari atau terus mengulangi tayangan game show tahun 1990-an di YouTube tanpa akhir.
Ironi kecil ini benar-benar menggelitik. Namun demikian, bisa jadi kita semua tengah berusaha menavigasi tantangan bernama penggunaan layar atau screentime.
3. Adaptasi Adalah Kuncinya—Jangan Khawatir Tentang Perubahan!
Berikut satu lagi nasihat bijaksana: \”Zaman selalu berkembang, dan kamu pun perlu untuk beradaptasi.\”
Namun, kenyataannya bagaimana? Cobalah suruh mereka menggunakan e-wallet atau berbelanja secara online—biasanya respons yang didapat adalah \”Ah, terlalu rumit!\” atau \”Lebih suka dengan metode lama!\”
Bahkan, sebagian orang masih setia pada ponsel lama mereka, atau pergi ke bank hanya untuk menyetorkan uang tunai.
Iya, perubahan pasti sulit bagi semua orang, bahkan untuk mereka. Maka ketika mereka mengusulkan agar kita menyesuaikan diri, bisa jadi itu adalah penyegaran bagi pikiran mereka sendiri.
4. Kesehatan Adalah Prioritas Utama!
“Jangan begadang!”
“Olahraga dong!”
“Kurangi gorengan!”
Namun, siapa yang tetap suka duduk berlama-lama di hadapan televisi sembarangan makan kacang goreng dan keripik pedas?
Data justru mengungkap bahwa sangat jarang orang dewasa, terlebih lagi lanjut usia, yang secara konsisten berolahraga seperti yang direkomendasikan. Namun demikian, mereka masih antusias mendorong kita untuk bergabung dalam aktivitas seperti yoga atau joging di pagi hari.
Hehe, ketika kami mengajaknya untuk berlari pagi bersama, balasannya adalah, \”Nanti saja ya, sekarang lututku sedikit sakit.\”
5. Memiliki Pikiran yang Terbuka Sangatlah penting!
Peribahasa lama berbunyi: \”Jangan mengukur seseorang hanya lewat tampilan luarnya. Setiap individu memiliki pengalaman uniknya sendiri.\”
Namun cobalah untuk membicarakan trend terkini, musik kontemporer, atau gaya pakaian remaja zaman now. Tak jarang kita mendapati komentar seputar hal tersebut sebagai berikut:
Rambut seperti itu gaya apa?\” atau \”Di zaman dahulu tidak ada yang berpenampilan seperti itu.
Bukan bermaksud untuk menyalahkanyo—namun terkadang kita mengamati bahwa konsep \”terbuka pikiran\” lebih banyak diucapkan dibandingkan dengan tindakan yang sesungguhnya.
6. nikmati kehidupan pada masa kini
Jalani hidupmu pada saat ini, hindari selalu memandang kebelakang atau khawatir tentang masa depan.
Itu pesan yang powerful.
Namun fakta nya, banyak di antara mereka malah sangat menikmati masa lalu dengan mengulangi cerita-cerita tua atau khawatir tentang hal-hal yang mungkin tidak akan pernah terwujud esok hari.
Hidup pada zaman sekarang sungguh tak gampang. Namun persis karena alasan tersebut, saran ini sangat berharga dan perlu diterapkan oleh setiap generasi—including mereka yang menyampaikannya.
7. Jangan Sampai Lupakan Perawatan Diri Anda
Jangan memaksa dirimu terlalu keras. Berilah waktu untuk beristirahat.
Namun, pernahkah Anda menyaksikan ibu atau nenek Anda masih sibuk di dapur meski telah lelah? Atau mungkin ayah Anda tetap mengemudi sendiri untuk menempuh jarak yang jauh walaupun tubuhnya tengah sakit dan pegal?
Terkadang mereka melupakan bahwa menyisihkan waktu untuk diri sendiri pun merupakan wujud kasih sayang. Ini menjadi pembelajaran yang berharga, sebab bagaimanakah mungkin kita dapat menjaga orang lain apabila tidak mengurus diri sendiri terlebih dahulu?
8. Mengampuni Adalah Rahasia Menjalani Hidup dengan Damai
Mungkin ini adalah sebagian dari nasihat yang memiliki arti terdalam.
Biarkan segala yang lampau pergi. Maafkan dan lepaskan.
Namun, fakta nyatanya? Ada pula orang yang terus mengingat dan menimbun kenangan sedih hingga ratusan tahun lamanya, termasuk perasaan benci terhadap sahabat dari masa kanak-kanak atau tetangga di samping rumah mereka.
Meminta maaf memang bukan perkara sederhana—meski pun bagi orang-orang yang dianggap bijaksana sekalipun.
Artikel ini tidak bertujuan untuk mencela atau memarahi generasi senior. Sebaliknya, itu merupakan sebuah peringatan bahwa kita semua memiliki kelemahan, bahkan orang-orang yang sering kali memberikan saran terbanyak kepada kita.
Ironi kecil antara perkataan dan perbuatan bukan berarti seseorang munafik, tetapi membuktikan bahwa manusia memang rumit.
Kami mengambil pelajaran dari orangtua kami, sebagaimana mereka dahulunya mempelajari hal-hal serupa dari orangtua mereka sendiri. Mungkin pada akhirnya, kami pun akan menyampaikan kata-kata bijak itu kepada generasi berikutnya — meski bukan berarti kami secara total telah melaksanakan saran tersebut dengan sempurna.
Oleh karena itu, marilah kita tersenyum sebentar, memikirkan hal-hal dengan tenang, serta terus berupaya untuk menyamakan tindakan dengan ucapan kita.
Seperti kata Albert Einstein,
Menjadi teladan bukan hanya salah satu cara untuk mengubah pikiran oranglain — itu adalah cara terpenting.