WASHINGTON, infoaskara.com
Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, menyatakan bahwa keputusan tentang kemungkinan AS menyerang Iran akan diambil dalam waktu dua minggu mendatang.
Trump menyebutkan pada hari Kamis (19/6/2025) bahwa dia akan memutuskan dalam waktu dua minggu apakah militer Amerika Serikat akan turun tangan secara langsung dalam konflik antara Israel dan Iran.
Karena dia melihat ada kesempatan besar untuk membuka proses negosiasi diplomatis tentang program nuklir Tehran, walaupun pada saat terjadi serangan berkelanjutan antara Iran dan Israel dalam seminggu terakhir.
Trump sudah memikirkan kemungkinan untuk mengserang instalasi penambahan kandungan uranium Iran di Fordow yang terletak dalam gua di bawah bukit dan umumnya dipercaya berada di luar jangkauan serangan apa pun selain bom ledakan tempat persembunyian Amerika Serikat.
Dikutip dari
Associated Press
, pengakuan dari Trump itu disampaikan oleh Sekretaris Media Gedung Putih Karoline Leavitt.
Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu percaya bahwa Trump akan berusaha semaksimal mungkin untuk kepentingan Amerika.
Inisiatif diplomasi terbaru sepertinya tengah dimulai ketika Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi akan bertolak menuju Jenewa, Swiss pada hari Jumat tanggal 20 Juni 2025.
Dia akan berjumpa dengan Duta Besar Uni Eropa serta rekannya dari Inggris, Prancis, dan Jerman di tempat tersebut.
Pertempuran terbuka antara Israel dan Iran dimulai pada hari Jumat, tanggal 13 Juni 2025. Serangan udara bertubi-tubi dilancarkan, mengincar lokasi nuklir, fasilitas militer, para pemimpin militernya, serta pakar nuklir.
Menurut organisasi untuk pemenuhan hak asasi manusia di Iran yang berbasis di Washington, paling tidak 639 individu meninggal dunia di Iran, dengan 263 di antaranya adalah warga biasa, serta lebih dari 1.300 lainnya luka-luka.
Iran juga membala dengan mengirim sekitar 450 rudal serta 1.000 pesawat tanpa awak menuju Israel. Meskipun mayoritas dari mereka berhasil ditangkal oleh sistem pertahanan udara Israel, namun paling tidak 24 individu di negeri tersebut meninggal dunia dan ribuan lainnya menderita luka-luka.