Perayaan Jumat Agung: Pastor di Nunukan Ajak Umat Katolik Renungan tentang Kesempurnaan


infoaskara.com, NUNUKAN

– Jumat Agung merupakan saat sunyi namun berisi arti mendalam. Di hari ini, para pengikut Katolik merenungi penderitaan serta kematian Yesus Kristus sebagai titik maksimal cinta-Nya terhadap manusia.

Menurut Pastor Mario dari Gereja Katolik St Gabriel di Nunukan, Kalimantan Utara, terdapat dua istilah dalam bahasa Yunani yang bisa dipertimbangkan untuk meditasi selama peringatan hari Jumat Agung yaitu Tetelestai dan Eis Telos.

Tetelestai tercatat dalam Yohanes 19:30 dan sering diterjemahkan sebagai \”Sudah selesai\”. Namun menurut Pastor Mario, makna sebenarnya jauh lebih dalam dari sekadar perasaan lega karena semuanya telah berakhir.

\”Kata \’Tetelestai\’ berasal dari kata dasar \’Telos\’, yang mengartikan bahwa suatu tujuan telah berhasil dicapai sepenuhnya. Ini lebih dari sekedar penyelesaian; itu menunjukkan bahwa semua tugas Kristus dalam penyelamatan umat manusia telah dibereskan secara lengkap pada kayu salib,\” jelas Pastor Mario saat wawancara dengan infoaskara.com, hari Jumat tanggal 18 April 2025.

Selanjutnya, Pastor Mario mendorong jemaat Katolik di Nunukan untuk tidak menafsirkan Jumat Agung sebagai kesimpulan suatu cerita, tetapi sebaliknya menjadikannya sebagai puncak dari kasih karunia yang menyelamatkan.

\”Kami memikirkan bahwa semua penderitaan Yesus tidaklah percuma. Setiap lukanya, setiap tetes darah-Nya, merupakan bagian integral dari usaha keselamatan yang agung,\” katanya.

Sementara itu, kata Eis Telos dalam Yohanes 13:1 berarti \”sampai pada kesudahan-Nya\”.

Pastor Mario menyebutkan bahwa Injil menulis bahwa Yesus sangat mengasihi para murid-Nya tanpa putus-putus sampai akhirnya.

\” Ini menggambarkan bahwa cinta Tuhan itu lengkap dan penuh, bukannya separuh-separuh, tetapi kasihilah yang dijalankan sampai selesai,\” katanya.

Ke dua istilah itu yaitu Tetelestai dan Eis Telos berperan sebagai refleksi spiritual dari Jumat Agung.

Pastor Mario mengatakan bahwa kedua kata itu saling mendukung dan memperkuat makna satu sama lain.

\”Kematian Yesus tidak hanya menandakan penutup suatu kehidupan, melainkan titik kulminasi kasih Tuhan terhadap umat manusia. Dan cintanya tersebut kini masih aktif dan senantiasa mendampingi kita pada masa kini,\” katanya.

Dia menegaskan bahwa Yesus, sang Immanuel, masih terus menyertai hidup orang-orang yang ada di dalamNya.

\”Meski di dalam gang-gang paling gelap dari kehidupan, Dia tak pernah meninggalkan kami. Ia masih memimpin, mendampingi, serta menerangi harapan. Tugas telah selesai dilakukan. Kasih-Nya lengkap. Dan cintanya ini terus mengaliri sampai saat ini. Amin,\” katanya.


(*)


Penulis: Febrianus Felis

Scroll to Top