Detoks Digital: Benarkah Lepas Dari Dunia Maya?


Infoaskara.com

Pernahkah kau merasa letih tanpa disebabkan oleh pekerjaan atau aktifitas fisik, melainkan akibat layar telepon pintarmu tak hentinya menyala? Notifikasi datang bertubi-tubi, menonton video TikTokmu tidak kunjung usai, membalas pesan singkat sambil membuka Instagram, belum lagi surel perkantoran yang menggunung. Hal ini membuatku merasa seolah seluruh eksistensiku telah bergeser ke dalam ranah digital, sehingga seringkali luput dari betapa pentingnya untuk sungguh-sungguh ada di alam semesta riil.

Banyak dari kami mengerti bahwa diperlukan waktu untuk beristirahat, namun seringkali mencari hiburan kembali melalui perangkat elektronik. Bahkan saat sedang cuti, masih ada saja yang memilih untuk membuat cerita singkat, mengecek like, ataupun stalking aktifitas teman-temannya. Kami merengek ingin menyembuhkan diri, akan tetapi membawa dunia digital kemana-mana. Sebenarnya hal tersebutlah yang mencegah pemulihan mental dengan sempurna.

Di sinilah konsep digital detox muncul sebagai bentuk perlawanan halus terhadap kebisingan digital. Ini bukan tentang anti teknologi, tapi tentang memberi jeda. Jeda untuk diri sendiri, untuk kembali terhubung dengan realita tanpa filter, dan untuk benar-benar merasakan momen tanpa terganggu notifikasi.

Detoks digital merujuk pada periode khusus di mana seseorang menyisihkan diri dari segala jenis alat elektronik seperti ponsel, komputer, jejaring sosial, hingga layanan tontonan online. Kegiatan ini bertujuan agar otak dapat melepaskan diri dari paparan konten digital secara nonstop. Seperti halnya berpuasa, hanya saja yang ditinggalkan adalah nutrisi fisik; sedangkan apa yang harus dihindari dalam detoks digital ini ialah data serta gangguan visual dan auditory.

Ketika Anda melakukan digital detox, Anda mulai menyadari bagaimana tangan Anda secara otomatis membuka ponsel tanpa ada tujuan jelas. Banyak waktu telah berlalu hanya untuk menggeser layar yang ternyata tidak membuat Anda merasa lebih bahagia. Namun, dengan meninggalkannya semua tersebut, Anda dapat menjadi lebih berkonsentrasi pada detail-detail sederhana yang biasanya luput perhatian seperti mendengarkan kicauan burung di awal hari, menikmati panas sinar mentari senja, atau sekadar bercakap-cakap langsung tanpa gangguan notifikasi pesan masuk.

Liburan yang sungguh membarukan tak ditentukan oleh sejauh mana lokasinya, melainkan betapa sepenuhnya kita menikmatinya. Anda dapat melakukan staycation di kotamu sendiri, namun jika pikiranmu masih berkutat dengan unggahan dan tanggapan, rasanya akan sama saja melelahkannya. Tetapi apabila anda benar-benar menghilangkan diri dari jagad digital, maka liburan ringkas pun bisa menjadi sangat berarti.

Digital detox juga bantu kamu menyaring ulang prioritas. Tanpa distraksi digital, kamu bisa lebih mendengarkan isi hati sendiri. Apa yang lagi kamu butuhin? Siapa yang benar-benar bikin kamu bahagia? Apa kegiatan yang bikin kamu merasa hidup, bukan sekadar eksis?

Tentu saja tidak perlu terlalu drastis. Anda dapat memulainya dengan langkah-langkah sederhana seperti menahan diri dari penggunaan hp setelah pukul 21.00, mengurangi aktivitas di media sosial pada akhir pekan, atau menyediakan satu hari lengkap dalam sebulan tanpa menggunakan internet sama sekali. Seiring waktu, Anda akan merasa bahwa hidup masih berlanjut meskipun Anda jarang online, bahkan mungkin membuat Anda menjadi lebih tenang.

Jadi, kalau kamu udah mulai merasa overthinking tanpa alasan, gampang terdistraksi, atau capek padahal nggak ngapa-ngapain, mungkin itu sinyal tubuh dan pikiranmu butuh liburan yang sesungguhnya liburan dari dunia maya.

Digital detox bukan cuma tren, tapi cara untuk benar-benar pulih dari lelah digital dan menikmati liburan tanpa distraksi online.***

Scroll to Top