Harga Emas & Perawatan Naik, Inflasi NTB Capai 3,05 Persen


infoaskara.com

– Tingkat inflasi tahunan di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) tercatat sebesar 3,05 persen pada bulan Juli 2025. Faktor utama peningkatan ini adalah kenaikan harga dalam kelompok barang dan jasa perawatan diri serta layanan lainnya hingga 11,96 persen, yang jauh lebih besar dibandingkan dengan kelompok pengeluaran lainnya.

Lembaga Sensus Nasional (BPS) Nusa Tenggara Barat melaporkan bahwa kelompok tersebut berkontribusi pada inflasi terbesar nomor dua dengan angka 0,71 persen, hanya kalah dibandingkan kelompok makanan, minuman, serta rokok. Kenaikan terbesar di dalam kelompok ini disebabkan oleh subkelompok layanan kebersihan diri lainnya yang meningkat tajam hingga 27,67 persen selama satu tahun terakhir.

Komoditas utama penyebab inflasi dalam kelompok tersebut adalah emas perhiasan, yang berkontribusi sebesar 0,6 persen terhadap tingkat inflasi keseluruhan di Nusa Tenggara Barat. Di samping itu, beberapa barang kebutuhan pokok harian seperti pasta gigi, sabun cuci mandi, antiperspiran, pelembab tubuh, serta bedak wajah juga turut berpengaruh, meskipun besarnya kontribusinya lebih rendah. Bahkan biaya potong rambut untuk anak-anak juga mengalami peningkatan.

Kepala Badan Pusat Statistik Nusa Tenggara Barat, Dr. Drs. Wahyudin, M.M., menjelaskan bahwa walaupun inflasi bulan Juli 2025 secara keseluruhan masih terkendali, peningkatan tajam di sektor kebutuhan pribadi mendapat perhatian khusus. \”Kami memperhatikan adanya tekanan inflasi yang besar dari kelompok produk perawatan diri, terutama akibat naiknya harga logam mulia seperti perhiasan serta bahan pokok harian. Hal ini mencerminkan pola penggunaan masyarakat NTB yang sangat beragam,\” katanya dalam siaran resmi, Jumat 1 Agustus 2025.

Bila dibandingkan dengan kelompok-kelompok belanja lain, pengeluaran untuk kebutuhan pribadi mengalami peningkatan yang lebih signifikan. Contohnya, kelompok makanan, minuman, serta rokok yang juga memiliki angka relatif tinggi hanya melaporkan inflasi year-on-year sebesar 5 persen, jauh lebih rendah dibandingkan perawatan diri. Di sisi lain, kelompok pendidikan meningkat sekitar 3,55 persen saja, sedangkan kelompok kesehatan hanya bertambah 2,63 persen.

Namun demikian, sumbangan dari produk logam mulia berupa perhiasan menjadi faktor utama dalam naiknya tingkat inflasi pada kelompok pengeluaran untuk kebutuhan pribadi, yang sebelumnya kurang mendominasi. Peristiwa ini dapat dihubungkan dengan kenaikan harga emas global, permintaan domestik jelang acara penting tertentu, maupun meningkatnya pola belanja masyarakat terhadap barang-baarng bukan kebutuhan pokok.

Secara umum, Indeks Harga Konsumen (IHK) Nusa Tenggara Barat naik dari 105,71 di bulan Juli 2024 menjadi 108,93 pada Juli 2025. Di sisi lain, tingkat inflasi secara bulanan mencapai 0,17 persen, sedangkan inflasi hingga saat ini berada pada level 1,77 persen.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa kategori layanan perawatan diri tidak berkontribusi secara signifikan terhadap inflasi bulanan, di mana pengaruhnya hampir nihil. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan harga yang terjadi cenderung bersifat akumulatif sepanjang tahun, bukan disebabkan oleh fluktuasi harga dalam beberapa bulan terakhir saja.

Meski menghadapi tekanan inflasi, sejumlah kelompok belanja malahan menunjukkan penurunan indikator, misalnya kelompok informasi, komunikasi, serta layanan keuangan yang melaporkan deflasi sebesar 0,61 persen, didorong oleh turunnya harga ponsel dan perangkat elektronik lainnya.

Akibat situasi tersebut, masyarakat Nusa Tenggara Barat didorong agar semakin hati-hati dalam memilih barang-barang kebutuhan tambahan, khususnya produk-produk yang mengalami peningkatan harga yang cukup besar. Di sisi lain, pihak pemerintah setempat diminta untuk memantau perilaku penggunaan serta menyusun langkah-langkah pencegahan guna mengantisipasi risiko inflasi yang bisa terjadi lagi, terlebih menjelang akhir tahun.

Scroll to Top