PIKIRAN RAKYAT
– Korea Utara menyatakan bahwa mereka mengirim pasukannya ke dalam Konflik antara Rusia dan Ukraine. Tim mereka mendukung Rusia untuk menaklukkan kembali wilayah Kursk yang sudah diambil alih oleh tentara Ukraina sejak bulan Agustus tahun sebelumnya.
Pengiriman pasukan ini tak terlepas dari perjanjian keamanan bilateral yang disetujui kedua negara pada tahun 2024. Perjanjian ini menyebutkan bahwa kedua negara tersebut akan saling membantu dalam hal keamanan. Bila salah satu diserang, maka satu yang lainnya akan membantu.
Komisi militer Korea Utara mengatakan bahwa aktivitas militer ini mencerminkan keterkaitan erat dengan negeri yang dikendalikan oleh Vladimir Putin. Sejauh ini, bagian dari area tersebut sudah berada di bawah kontrol Rusia.
Pada saat bersamaan, Kepemimpinan Korea Utara oleh Kim Jong Un menyatakan bahwa mengirim pasukan mendukung sekutu mereka tidak bertentangan dengan hukum dunia. Dia juga berbicara tentang pembangunan monumen sebagai penghargaan bagi prajurit Korea Utara yang terlibat dalam pertempuran tersebut.
Pyongyang tidak merinci berapa banyak pasukannya yang dikirim. Akan tetapi, diyakini telah mengerahkan hingga 14.000 tentara. Angka tersebut kemudian bertambah menjadi 17.000 tentara.
Sebagai balasan atas bantuan militer yang diberikan oleh Pyongyang selama Perang Rusia-Ukraina, Moskow menyediakan dukungan untuk meningkatkan teknologi persenjataan mereka.
Pernyataan Kremlin
Pada tanggal 26 April 2025 sebelumnya, Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Rusia Valery Gerasimov menyampaikan bahwa pasukan Korea Utara mendukung tentara Rusia dalam menaklukkan Kursk. Mereka bekerja sama erat untuk memperebutkan daerah itu.
Gerasimov mengatakan bahwa dukungan tersebut merupakan hasil dari perjanjian keamanan bilateral yang telah disepakati oleh kedua negara di tahun 2024.
Asal Usul Perang antara Rusia dan Ukraina
Pada Februari 2022, Putin memilih untuk menyerang Ukraina. Sebetulnya kedua negeri tersebut sudah berseteru selama delapan tahun terakhir. Pada saat itu, Vladimir Putin mengerahkan pasukan militernya guna merebut Krimea.
Serangan di awal tahun 2022 tersebut bertujuan untuk menumbangkan rezim Ukraina yang diketuai oleh Volodymyr Zelenskyy. Dia bersatu dengan negara-negara Barat dalam prosesnya.
Beberapa analis menganggap serangan itu sebagai titik kulminasi dari rasa benci yang ditujukan kepada Blok Barat. Analisis lain juga menyatakan bahwa konflik antara Rusia dan Ukraine merupakan sebuah kesalahan besar oleh Vladimir Putin. ***