infoaskara.com
Seorang ibu dari Bekasi berinisial RR (30 tahun) menderita kelumpuhan seluruh tubuh usai melaksanakan operasi cesar untuk persalinan anak ketiganya.
Ratih menghadapi persalinan melalui operasi cesar untuk kelahiran anak keenamnya di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Chasbullah Abdulmadjid, Kota Bekasi beberapa bulan lalu.
Setelah melahirkan dengan cara operasi sesar, keadaan fisik Ratih terus memburuk sampai akhirnya ia mengalami kelumpuhan seluruh tubuh.
Akibat peristiwa tersebut, Ratih Raynada menganggap dirinya sebagai korban dugaan kelalaian medis di rumah sakit.
Bius belum sempurna
Dilansir dari
Kompas.com
Peristiwa tersebut dimulai ketika Ratih Raynada mengira efek obat biusnya belum sepenuhnya bekerja selama proses persalinan melalui operasi cesar.
Pada masa itu, Ratih terpaksa berseru mengatasi rasa nyeri ketika dokter membuka perutnya.
\”Saya berteriak. Astaghfirullahaladzim, dokter sedang sakit, dok. Saya menangis terus-menerus. Saya mengira setelah berkata demikian, akan dihentikan sejenak. Ternyata malah ditantang kembali, saya pun berteriak lagi,\” kata Ratih, Selasa (1/7/2025).
Ketika mendengar teriakan Ratih, dokter itu akhirnya berhenti melakukan operasi.
Beberapa saat kemudian, seorang perawat memberikan suntikan obat kepada Ibu di tubuh Ratih. Selanjutnya, proses persalinan melalui operasi cesar dilanjutkan.
Meskipun begitu, Ratih kembali menjerit kesakitan karena efek obat bius masih kurang sempurna.
Bahkan, Ratih pernah menyerah jika kematian menghampiri saat ia sedang berusaha melahirkan putrinya.
Setelah operasi selesai, Ratih menghabiskan tiga hari di rumah sakit untuk pemantauan lebih lanjut.
Saat itu, keadaan fisiknya tidak bisa bergerak seperti biasanya.
Ratih awalnya berpikir bahwa hal tersebut merupakan dampak dari obat tidur.
Sebelum tubuhnya pulih sepenuhnya, Ratih masih bersikeras untuk pulang ke rumah.
Kemudian, tubuhnya malah menjadi lebih susah untuk bergerak.
Selanjutnya, gerakan tubuhnya semakin terbatas dan sulit dilakukan.
Berikutnya, kekuatan tubuhnya mulai menghilang sehingga kesulitan dalam berpindah tempat.
Tubuhnya kemudian makin kaku dan tidak mudah dikendalikan lagi.
Akhirnya, pergerakan badannya menjadi sangat terhambat.
Didiagnosa Tuberkulosis Tulang
Beberapa waktu kemudian, dia datang lagi ke rumah sakit itu guna memeriksa kondisi kesehatannya.
Pada masa itu, dokter menegakkan diagnosis bahwa Ratih menderita tuberculosis pada tulang dan wajib menjalani operasi pasang pelat.
Ratih akhirnya mengikuti anjuran dokter. Tindakan operasi pasang alat pengencang dilaksanakan.
Setelah proses pasang jarum infus selesai, Ratih lalu mengonsumsi obat yang diberikan oleh dokter.
Tidak memperbaiki keadaan, kondisi tubuh malah makin melemah setelah minum obat itu.
Pada akhirnya, Ratih mengalami kehilangan kemampuan sepenuhnya sejak April 2025 sampai saat ini. Berat tubuhnya juga turun secara signifikan.
Minta Tolong Dedi Mulyadi
Di sisi lain, ibu kandung Ratih, Erna Aprilia (62), mengajukan permohonan bantuan kepada Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi serta Walikota Bekasi Tri Adhianto.
Erna berharap dua pemimpin wilayah tersebut dapat memberikan bantuan khususnya untuk menempuhkan pendidikan anak-anak buyutnya.
\”Pak Dedi, saya selaku orang tua Ratih meminta dengan sangat agar pihak berwajib memberikan keadilan, baik untuk anak maupun cucu kami. Kami adalah orang yang tidak mampu secara ekonomi, jadi hanya memohon perhatian serta bantuan saja,\” ujar Erna pada hari Selasa (1/7/2025), seperti dilaporkan dari
Kompas.com
.
\”Ikutin yang biasa saja, meminta keadilan, khususnya untuk anak-anaknya,\” tambahnya.
Selanjutnya, putri pertama Ratih bernama Claudra Mutiara (12) tidak melanjutkan pendidikan ke tingkat SMP.
Namun untuk putri kedua mereka, Reina Kinanti (10 tahun), harus meninggalkan bangku kelas dua Sekolah Dasar (SD).
Ratih harus menunda pendaftaran putra ketiganya, Muhammad Rayzar (6) untuk masuk ke PAUD.
Kepala Daerah Bekasi Menyangkal Terjadi Kesalahan Medis
Walikota Bekasi Membantah Adanya Kelalaian Profesional
Pemimpin Kota Bekasi Tidak Mengakui Kejadian Kekeliruan Medis
Jajaran Pemerintah Bekasi Berdalih Tidak Ada Penyimpangan dalam Perawatan Pasien
Sang Wali Kota Bekasi Negoiasikan Isu Malpraktik dengan Cara yang Berbeda
Perwakilan Walikota Bekasi Memberi Tanggapan terhadap Tuduhan Malpraktik
Ekskavasi Informasi dari Pihak Sekretariat Wali Kota Bekasi tentang Dugaan Malpraktik
Terkait Kasus Kontroversial, Wakil Walikota Bekasi Memperkuat Pendiriannya
Mengenai Isu Malpraktik di Wilayahnya, Sang Tokoh Utama Bekasi Bersikeras pada Pandangan Sendiri
Bukan Hanya Sebuah Pengingkaran, Namun Juga Upaya untuk Meredam Keributan Publik
Di sisi lain, Walikota Bekasi Tri Adhianto menyangkal tuduhan kelalaian dalam kasus Ratih Raynada selama operasi cesar di Rumah Sakit Umum Daerah dr Chasbullah Abdulmadjid.
Pernyataan ini mengacu pada temuan dari penyelidikan rumah sakit terkait tindakan persalinan dengan operasi cesar yang dilakukan oleh Ratih serta keterlibatan Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
\”Maka jika dianggap sebagai kelalaian profesional menurut saya tidak dapat dibuktikan bila dilihat dari pertimbangan medis serta langkah-langkah yang telah dilakukan oleh Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi,\” kata Tri ketika dimintai konfirmasi, Selasa (1/7/2025), seperti dikutip dari
Kompas.com
.
(infoaskara.com/Rheina) (Kompas.com/Achmad Nasrudin Yahya)
Baca berita infoaskara.comlainnya di
Google News
.