infoaskara.com
– Program Makanan Sehat Gratis (MSG) yang semestinya menjadi jawaban untuk memenuhi kebutuhan gizi siswa, kembali mendapat perhatian.
Ribuan pelajar di Kabupaten Garut, Jawa Barat, dilaporkan mengalami keracunan setelah memakan hidangan dari program itu. Kejadian ini semakin memperpanjang daftar kejadian serupa yang terjadi kembali di berbagai wilayah.
Berdasarkan data yang dikumpulkan, beberapa siswa melaporkan keluhan nyeri perut, mual, dan muntah-setelah memakan menu MBG. Mereka memerlukan pertolongan kesehatan di Puskesmas terdekat.
Petugas dari Dinas Kesehatan Kabupaten Garut sedang menyelidiki kasus ini, termasuk menguji bahan-bahan dasar serta metode pemrosesan makanannya.
\”Tidak (diketahui penyebabnya), kami tidak ingin berspekulan,\” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Garut Leli Yuliani di Garut, Jumat 19 September 2025.
Kenapa Harus Terulang?
Masalah pencemaran oleh MBG terlihat tidak pernah berakhir. Pertanyaan utama muncul: mengapa pengelolaan sanitasi dalam program tersebut tetap kacau?
Bila tujuan utamanya ialah memajukan kesejahteraan generasi muda melalui asupan nutrisi yang layak, nyatanya malah terjadi kebalikannya; anak-anak diberikan makanan yang tampak bergizi dari luar, namun sesungguhnya merugikan kesehatan mereka.
Bukan sebagai program prioritas, MBG semakin mirip dengan kompetisi \”lomba mempercepat menyembuhkan racun\”. Setelah di Garut, warga mulai berspekulasi: wilayah apa lagi yang akan jadi sasaran selanjutnya?
Peringatan bagi Daerah Lain
Semestinya kejadian ini menjadi peringatan tajam bagi pemerintah daerah lain agar lebih waspada, khususnya mengenai:
1. Pengambilan bahan baku, pastikan dalam kondisi segar, belum kedaluwarsa, serta memiliki sumber yang jelas.
2. Kebersihan dalam proses pemrosesan, kehigienisan harus diutamakan, mulai dari dapur, alat-alat, sampai penyebaran makanan.
3. Pemantauan yang intensif, jangan sampai hanya bersifat formal belaka. Diperlukan pengintaian tiba-tiba sehingga pihak penyedia makanan tidak menganggap remeh kesehatan dan keamanan anak-anak.
Program MBG masih sangat relevan, tetapi perlu didukung oleh pengawasan mutu yang lebih ketat. Para produsen atau penyedia makanan seharusnya menjunjung tinggi standar keselamatan pangan, bukan hanya berfokus pada pencapaian jumlah produksi.
Untuk para orang tua maupun siswa, kejadian ini juga berfungsi sebagai peringatan agar semakin hati-hati. Apabila anak menunjukkan tanda-tanda keracunan setelah memakan makanan yang disediakan dalam program MBG, segera laporkan kepada pihak sekolah serta segera membawanya ke tempat layanan kesehatan.
Program ini seharusnya menghasilkan generasi yang sehat dan berpikir cerdas, bukan meningkatkan jumlah pengidap keracunan. Pemerintah perlu bertindak keras terhadap pihak-pihak yang lengah dalam menyediakan makanan. Jangan biarkan anak-anak menjadi korban dari percobaan yang tidak bermanfaat.
Program MBG pada dasarnya merupakan inisiatif yang luhur. Namun, tanpa adanya pengawasan yang ketat serta komitmen dalam mempertahankan kualitas makanan, tujuan untuk meningkatkan kemajuan hidup bangsa malah berpotensi terabaikan.
Waktunya pemerintah pusat serta daerah mengakhiri sikap buta terhadap masalah ini dan segera memberikan tindakan nyata kepada mereka yang tidak memperhatikan. Sebab keselamatan generasi muda negara jauh lebih utama dibandingkan hanya program promosi citra. ***