infoaskara.com
Musim Liga 1 2024/2025 berakhir dengan kekecewaan bagi Persija Jakarta. Di hadapan pendukungnya sendiri di Jakarta International Stadium (JIS), pasukan Macan Kemayoran hanya mampu meraih hasil imbang tanpa gol alias 0-0 saat menghadapi klub promosi Malut United pada hari Jumat (23/5).
Akan tetapi, fokus yang tajam tidak hanya tertuju pada permainan di lapangan, namun juga pada goncangan di area penonton.
Pertandingan pada minggu ke-34 harus dihentikan sejenak saat mencapai menit ke-76 karena tindakan para penggemar yang membara dan melemparkan kembang api ke lapangan. Awal insiden ini dimulai dari tribun utara, di mana pendukung The Jakmania mengibaskan banner protes berisi tulisan \”100% Gagal, Susun Ulang Manajemen Secara Utuh!\” serta \”Curva Nord Prapanca\”, dengan kata terakhir tersebut ditorehkan atau ditebalkan.
Flare yang dinyalakan mulai menjalar ke arah tribun timur dan selatan, membuat kondisi semakin tidak terkendali sampai akhirnya wasit Yudi Nurcahya menyatakan bahwa pertandingan dihentikan sementara untuk waktu kurang lebih 15 menit.
Kekesalan pendukung tidak dapat dilepaskan dari penampilan Persija sepanjang musim yang dianggap kurang stabil. Walaupun didukung oleh banyak pemain berbakat, tim ibu kota cuma berhasil finish di urutan ketujuh tabel akhir dengan raihan 51 poin, tertinggal enam gol dari Malut United yang menyudahi musim dengan kejutan besar, menduduki tempat ketiga.
Pelatih sementara Persija, Ricky Nelson, mengekspresikan rasa kekecewaannya terhadap hasil akhir permainan dan meratapi kurang tepatknya finishing timnya. Pada jumpa pers pasca pertandingan, Ricky menyebut bahwa seharusnya Persijdha mampu menjaringkan dua hingga tiga gol pada paruh pertama. Akan tetapi, nasib tidak berpihatkalah; beberapa kesempatan bagus melewatkan target, bahkan ada satu tembakan yang bertemu mistar gawang.
\”Bila tadi proses penyelesaiannya lebih bagus, mungkin hasil akhirnya akan berbeda,\” kata Ricky.
Dia pun menyinggung tentang ketidakhadiran Witan Sulaeman karena pemblokiran kartu dan cedera yang dihadapi oleh Donny Tri Pamungkas merusak skema taktis yang sudah dipersiapkan dalam dua minggu terakhir.
Di samping masalah teknis, Ricky mengkritik ketidakkonsistenan venue kandang Persija pada musim ini. Dari total 17 pertandingan kandang mereka, Persija baru memainkan enam laga saja di Stadion Utama Gelora Bung Karno (JIS).
\”Saat musim mendatang, setiap pertandingan kandang harus dilaksanakan di JIS. Tidak perlu berpindah tempat lagi,\” tegasnya.
Ricky mengungkapkan bahwa ia akan segera berkonsultasi dengan pengurus terkait masa depannya di Persija. Dia menunjukkan kemungkinan untuk tetap tinggal di tim tersebut, termasuk dalam perannya sebagai asisten pelatih asing yang direncanakan diboyong oleh klub.
\”Saya seorang profesional. Setelah ini, saya akan mengadakan pembicaraan dengan Presiden Persija terkait masa depanku. Jika segalanya berlangsung lancar, kemungkinan besar kolaborasi ini dapat diperpanjang,\” jelas Ricky.
Dia juga menekankan kebutuhan tindakan cepat dari pengelola untuk mendapatkan kontrak pemain baru, mempertimbangkan bahwa musim depan diperkirakan akan dimulai pada bulan Agustus.
Sebaliknya, pertandingan antara Persija dan Malut United menunjukkan kekuatan tim promosi tersebut. Malut United bertindak dengan disiplin dan hampir mencetak gol lewat beberapa kans bagus, namun upayanya itu dapat ditepis oleh penjaga gawang Persija, Carlos Eduardo.
Kericuhan yang terjadi di JI Sentral tampak seperti titik kulminasi dari kumpulan kekecewaan para pendukung terhadap jalannya tim musim ini. Di momen yang semestinya dirayakan sebagai acara penutup, malah lautan demonstrasi besar-besaran mengemuka dengan tuntutan reformasi menyeluruh dalam struktur pengurus Persija.
Mulai dari kinerja di lapangan sampai pengelolaan dibalik panggung, terlihat bahwa perubahan bukan hanya menjadi suatu hal yang dituntut, tetapi telah menjadi keharusan agar bisa berkompetisi dengan lebih baik pada musim mendatang.