Ditulis oleh: Dr. Ainal Mardhiah, S.Ag, M.Ag
Setiap orang Muslim bermimpi dapat pergi haji, memenuhi salah satu dari lima rukun Islam tersebut.
Akan tetapi, seringkali akibat dari keterbatasan finansial atau fizikal, banyak umat Islam merasa minder dan kurang yakin dalam melakukan perjalanan untuk ibadah Haji.
Apakah pergi haji disebabkan oleh kekayaan? Ataukah karena badan yang sehat dan kuat?
Apabila seseorang melakukan ibadah haji hanya karena kekayaan, tentu saja umat Islam yang berada di kalangan orang kaya telah melaksanakan ibadah tersebut sepenuhnya. Namun, fakta sebenarnya tidak seperti itu terlihat pada kenyataan hidup kita.
Walaupun memiliki kekayaan besar sehingga dapat bepergian luar negeri tiap tahunnya, namun hal tersebut belum tentu memudahkan dia untuk pergi haji.
Banyak individu memiliki hartanya melimpah tetapi tak kunjung berangkat haji sebelum ajal tiba; penyebabnya tidak diketahui oleh siapa pun, selain mungkin belum ada undangan dari Tuhan untuk melakukan perjalanan tersebut.
Apakah pergi haji memerlukan kondisi tubuh yang prima? Alasannya bukan hanya karena keadaan fisik tetapi juga terkait dengan lingkungan ibadah di sana, seperti lokasi dan struktur masjid-masjidnya, yang mengharuskan kita memiliki stamina baik. Namun, hal ini tidak selalu benar. Banyak jamaah haji yang memiliki keterbatasan fisik atau sedang dalam keadaan sakit masih dapat melaksanakan ibadah mereka secara sukses.
Jadi, siapakah yang dapat melakukan perjalanan haji sebagai tamu Allah? Mari kita fokus pada mereka yang telah menerima undangan langsung dari Tuhan Yang Maha Esa, yaitu Allah SWT.
Kebahagiaan menjadi tamu Allah yang haji
Bagaimana mungkin seseorang tidak gembira ketika sahabatnya yang mengundang merupakan Rabb, Pemilik seluruh alam semesta? Jika hanya diundang oleh atasannya pun sudah membuat kita senang, apalagi bila pihak yang mengundang ini adalah Tuhan kita sendiri.
Ingin merasakan kesedihan ini, bila mungkin menjadi salah seorang dari sekumpulan hamba yang dipanggil. Terasa begitu tersentuh dan senang dapat menjadi bagian dari mereka yang luar biasa itu. Semoga kita beruntung sebagai pilihan Allah SWT, untuk diberi kehormatan menghadiri ibadah tersebut pada musim Haji mendatang. Aamiin.
Pergi ke Haji adalah Undangan Tuhan
Siapakah orang-orang yang diutus Allah untuk melakukan ibadah haji? Tak seorang pun tahu pasti. Kami mengatakan begitu karena memperhatikan beberapa insiden tentang bagaimana jalan masuk bagi umat Muslim dapat menuju ibadah tersebut kadang tak terjangkau oleh pemikiran normal, sering kali didampingi misteri, sehingga menyentuh hati kami saat mendengarkan cerita perjalanan mereka serta pengorbanannya.
Misalnya, ibadah haji membutuhkan dana yang cukup besar. Namun, masih terdapat banyak orang kaya yang menginginkan untuk melaksanakan ibadah tersebut tetapi belum dapat melakukannya karena adanya berbagai kendala dan rintangan. Sebagaimana para jama\’ah haji furoda pada tahun 2025 lalu, mereka gagal keberangkatan walaupun telah membayarkan semua biaya persiapan hajinya.
Biaya haji untuk furoda di tahun 2025, jika ditransformasikan menjadi rupiah, akan berkisar antara Rp 300 juta sampai dengan Rp 1 miliar. Besarnya nominal tersebut tergantung pada tingkat pertukaran mata uang saat melakukan transaksi. (Sebagaimana yang dikutip dari berita detik.com).
Pada cerita lain, terdapat seseorang yang mampu pergi haji tidak lantaran kekayaan, tetapi atas ijin Allah dia dapat menjalankan ibadah haji tersebut.
Misalkan cerita tentang H. Muhammad Cecep Abdullah, pemuda dari Sukabumi yang dikenal karena usaha membersihkan mesjid dan toilet, telah menerima undangan spesial untuk menjalankan ibadah haji tahun ini dari Kerajaan Arab Saudi.
Cerita lain menunjukkan bahwa bila Allah telah menelepon seseorang untuk melakukan ibadah haji, tak ada yang bisa menghalangi jalannya. Contohnya nyata tentang bagaimana haji merupakan pemanggilan Tuhan, kita dapati dalam cerita H. Amer Al-Qadafi.
\”Saya Tidak akan Pulang Kecuali Untuk Haji\”: Cerita Menyentuh tentang Amer Al-Qadhafi (mengutip dari berita Al-Fauzi Grup)
Cerita tentang H. Amer Al-Qadhafi, seseorang haji dari Libya, mendapat perhatian global karena usaha heroiknya dalam melaksanakan ibadah haji. Karena nama keluarganya \”Al-Qadhafi\”, yang terkait dengan diktator masa lalu Libya, sistem keimigrasian secara otomatis mengidentifikasi dokumenternya sebagai potensial risiko tinggi. Hal ini kemudian membuat Amer diringkus dan dicek lebih lanjut oleh staf di Bandara Sebha, yang ada di wilayah tengah Libya.
Walau identitasnya pada akhirnya terverifikasi dan tak ada hambatan lagi, pesawat grupnya sudah take off. Tetapi, Amer tidak meninggalkan harapan. Dia enggan pulang dan lebih memilih untuk tetap duduk di bandara, sambil berdoa dan berserah diri. Dengan percaya diri tinggi, dia menyampaikan kepada staf, \”Aku hanya akan pulang jika pergi ke Haji.\”
Kebijakan aneh pun berlangsung. Kendaraan yang membawa delegasi haji dari Libya mendapat masalah teknikal dan kembali ke terminal penerbangan. Sesudah dilakukan reparasi, kendaraan tersebut mencoba meluncur lagi —tetapi sekali lebih menerima ganjalan teknis sehingga dipaksa pulang untuk kali kedua.
Peristiwa luar biasa itu mengundang rasa penasaran di antara kru pesawat serta para pejabat. Akhirnya, sang kapten pun bertanya, \”Adakah Amer Al-Qadhafi telah masuk?\” Usai dikabarkan jika Amer belum dapat bergabung gara-gara hambatan dari pihak imigrasi, si pilot memberikan jawaban yang tak terduga: \”Aku enggan lepas landas sebelum Amer berada di sini.\”
Akhirnya Amer juga diundang dan diperbolehkan untuk bergabung. Dia disambut dengan air mata kegembiraan oleh para tamu. Kemudian dia beranjak pergi menuju tanah suci, memboyong cerita yang nantinya akan menyentuh hati banyak orang di seluruh dunia.
Kisah ini pertama kali dilaporkan oleh Gulf News dan About Islam pada 24 Mei 2024, dan sejak itu viral di media sosial.
Inilah sebuah bukti bahwa haji merupakan suatu pemanggilan dari Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada halangan yang dapat menahan seseorang ketika telah dipilih oleh Allah untuk melakukan ibadah haji, bahkan dalam situasi paling mustahil sekalipun.
Haji memang merupakan suatu ibadah yang tak mudah dipahami hanya dengan menggunakan akal manusia, sebab terdapat begitu banyak mukjizat dari Allah selama proses pelaksanaannya. Tentu saja ini adalah sesuatu yang amat dinantikan oleh setiap Muslim di belahan dunia manapun mereka berada. \”Rindu dapat menjadikan seseorang sebagai tamu Allah dalam melakukan ibadah Haji.\”
Bagaimana Seseorang Bisa Dianggap Sebagai Tamu Allah Melalui Ibadah Haji?
Berikut cara-cara yang bisa dilakukan supaya seseorang mampu menjadi antaran Tuhan saat haji:
Pertama-tama, rajin-rajin bersosialisasi dan berteman dengan individu-individu yang memiliki gairah besar terhadap ibadah tersebut sehingga motivasinya pun ikut tersalurkan kepadamu.
Kedua, begitu rasa ingin melaksanakan ibadah ini telah timbul serta kamu juga sudah berniat kuat, maka panjatkan doa pada Sang Pencipta kita yaitu Allah SWT agar diberikan kemudahan untuk menjalaninya.
Dan Yang Terakhir, usaha keras menyisihkan sebagian uangmu sebagai tabungan khusus untuk biaya pelaksanaannya.
Simpan secara diam-diam sebagian hartamu, lalu pililah harta terbaikmu yang paling suci dan halal, serta tak memiliki keraguan sedikit pun.
Keempat, jika dana telah mencukupi, silakan menuju ke kantor haji paling dekat guna melakukan pendaftaran. Kelima, sesudah Anda mendaftar, serahkan urusan perjalanan dan waktunya kepada Allah.
Hikmah Berhaji
Dengan frasa yang identik, semua jemaah Muslim yang tiba untuk menunaikan ibadah haji, merespons ajakan Tuhan mereka. Menggunakan Kalimah Talbiyah yang serupa, berkumpul di lokasi yang sama, melaksanakan ritual kesembahan yang sama, serta mengikuti ketentuan yang tak terkecuali.
Bukankah artinya bahwa kita sebagai muslim adalah saudara, saudara karena Allah? Bukankah hal tersebut seharusnya mencegah kita untuk bercerai-berai? Jangan terpecah-pecah ya umat Islam, apa pun alasan pembelahan tersebut. Sebab perbedaan pandangan hanya akan melemahkan kita dan mempermudah musuh-musuhan merongrong agama Islam.
Bukankah dengan bersaudara, artinya kita perlu saling melindungi, saling menolong, saling mendukung serta memperkuat satu sama lain. Perhatikan teks ini; bukannya kita merindukan hal itu? Kita rindu untuk menjadi Tamu Allah, rindu bertemu dengan para saudara kita dari seluruh penjuru negri tanpa ada kecualian.
Labbayka Allahumma labbayk, Labbayka la sharika laka labbayk. Innal hamda wan ni\’mata lakaw wal mulkan, la sharika laka.
Labbaik Allahummalahlabbaik, seruankah tidak ada sekutuMu labbaik. Sesungguhnya puji dan nikmat adalah MilikMu serta kerajaan. Tidak ada sekutu bagi-Mu.
Pesan tersebut berbunyi: \”Saya hadir merespon pemanggillah Anda wahai Tuhan, saya hadir merespons pemanggillahan Anda, saya hadir merespons pemanggillahan You, tidak ada sekutu bagimu, saya hadir merespons pemanggillahan Anda. Sungguh seluruh pujian, kemegahan, serta semua kekuatan termasuk dalam kepemilikanmu. Tiada sekutu bagimu.\”
Penulis
ialah Dosen di UIN Ar Raniry Banda Aceh
KUPI BEUNGOH
Rubrik Opini Pembaca di InfoAskara.com adalah tempat untuk isi artikel yang menjadi tanggung jawab penulisnya.
Pesan lainnya dari artikel KUPI BEUNGOH di
SINI