Setelah Merancang Tindakan Nyata, Modul 3 PPG 2025: Mendirikan Kode Etik Guru


Jawaban Cerita Reflektif Modul 3 PPG 2025: Tulis setidaknya 5 hambatan beserta strategi penyelesaian dan tindakan proaktif yang bisa diambil untuk memecahkan masalah tersebut.

Kunci Jawaban Cerita Reflektif Modul 3 Topik 3 PPG 2025: Kode Etik Guru. Setelah membuat perencanaan pelaksanaan kode etika bagi guru, para peserta diminta untuk menentukan setidaknya 5 hambatan yang kemungkinan akan ditemui, lalu menciptakan solusi dan tindakan proaktif guna memecahkan masalah tersebut.

Setelah Anda menuntaskan Latihan Pemahaman Modul 3 FPPN Topik 3 tentang Kode Etik Guru dalam bagian \”Apa yang Dapat Aku Lakukan sebagai Guru?\” di situs web GTK, pertanyaan tersebut timbul.

Kode jawaban ini bisa dijadikan acuan untuk para calon guru PPG tahun 2025 yang merasa kesulitan saat menulis cerita reflektif.




Sekarang dengarkan poin-poin penting tentang jawaban cerita reflektif untuk modul 3 Filosofi Pendidikan dan Pendidikan Nilai (FPPN), topik 3 mengenai Kode Etik Guru dengan pertanyaan: \”Apakah perilaku guru sebagai pendidik perlu diatur?\” bagian apa saja yang bisa saya lakukan sebagai seorang guru? pada ruangan GTK dalam program PPG tahun 2025.


Cerita Reflektif

Setelah menyusun strategi implementasi peraturan etika pengajar, luncurkan pembicaraan berikutnya dengan mendeteksi hambatan-hambatan potensial yang bisa ditemui saat mencoba memperkuat kaidah perilaku ini bagi para pendidik. Minimal jelaskan lima rintangan serta sertakan usulan penyelesaian dan gerakan proaktif apa saja yang sebaiknya dipraktekkan guna melawan tantangan-tantangan tersebut.


Kunci Jawaban:

Kelima hambatan yang ditemui saat menerapkan kode etika guru beserta penyelesaiannya adalah sebagian seperti berikut:

1. Tantangan dalam mengutamakan kebutuhan siswa daripada keperluan diri sendiri.

Penyelesaiannya: mencoba memikirkan kembali maksud awal serta motivasi kami untuk menjadi pendidik

2. Cenderung menerapkan metode pengajaran yang sama untuk seluruh kelas meskipun situasi di tiap kelas memiliki perbedaan.

Penyelesaiannya: Upayakan memahami berbagai teknik pengajaran serta mengeksplorasi keperluan belajar siswa pada tiap-tiap kelas.

3. Membeda-bedakan tindak laku terhadap murid berdasarkan tingkat sosioekonomi orangtua mereka.

Penyelesaiannya adalah dengan mencoba menginternalisasi kepercayaan bahwa setiap siswa berhak mendapatkan pendidikan terlepas dari latar belakang mereka.

4. Tanpa sadar bahwa tiap gerakan serta perilaku guru di kelas memberikan kesan yang abadi pada memori para siswa.

Penyelesaiannya: Bersikap lebih hati-hati saat melakukan tindakan atau mengungkapkan pendapat, disertai dengan penggunaan tuturan yang sopan.

5. Terkadang meminta siswa mengoreksi diri mereka sementara guru melupakan proses introspeksi.

Penyelesaiannya: Guru harus melakukan introspeksi diri guna meningkatkan ketidaksempurnaan yang ada saat proses pengajaran serta dalam berkomunikasi efektif baik dengan murid-murid, kolega guru, orangtua maupun lingkungan sekitar.


Pilihan Jawaban Alternatif:


1. Kekurangan Pengetahuan serta Kesadaran Para Guru

Banyak guru mungkin belum benar-benar menyadari makna sebenarnya dan dampak dari tiap etika di dalam kode profesional, atau justru melihatnya hanya sebagai basa-basi.

Penyelesaian dan Tindakan Proaktif: Melakukan pelatihan dan workshop berkala yang bersifat interaktif dengan fokus pada analisis situasi riil. Menyertakan diskusi tentang tata kelola perilaku profesional dalam rangkaian program perkembangan karier jangka panjang bagi para guru, serta merancang bahan belajar menjadi lebih ringkas dan mengerti (seperti infografi atau klip video singkat).


2. Konflik Kepentingan dan Perangkap Etikah

Guru kerapkali menghadapi kondisi di mana pedoman etis berbenturan, seperti ketika harus memilih antara kebutuhan siswa dan tekanan dari sistem administratif atau personal mereka.

Pendekatan Proaktif: Mendirikan wadah dialog atau lingkungan pembelajaran dalam skala sekolah atau rayon guna bertukar pikiran dan menemukan jawaban secara kolektif. Menghadirkan penasehat atau konsultan moral yang bisa membantu ketika para pendidik terjebak pada situasi sulit.


3. Ketidakcukupan Sistem Laporannya dan Penerapan Aturan Yang Tegas

Jika terdapat pelanggaran etika, biasanya kurang adanya saluran pengaduan yang transparan, aman, dan bebas dari tekanan, atau prosedurnya untuk menanganinya masih belum cukup efisien.

Penyelesaian dan Tindakan Proaktif: Mengembangkan serta mendistribusikan langkah-langkah pengaduan terkait dugaan pelanggaran etika dengan menjaga kebijaksanaan dan kerahasiaannya. Mendirikan suatu komite etika profesional bagi guru pada skala sekolah atau regional yang bersifat mandiri dan memiliki wewenang dalam penerimaan, penyelidikan, serta penanganan keluhan tersebut.


4. Tekanan yang Berasal Dari Lingkungan Luar

Guru bisa merasakan beban dari orangtua, lingkungan sekitar, atau bahkan pemimpin mereka yang mungkin berbenturan dengan norma-norma moral, misalnya permohonan untuk pemberian pengobatan istimewa atau campur tangan dalam hal-hal bernilai.

Penyelesaian dan Tindakan Proaktif: Menguatkan dukungan struktural untuk para pendidik dengan menerapkan aturan jernih di tingkat sekolah atau yayasan guna mengamankan guru dari gangguan tak terpuji. Melakukan penyuluhan tentang kode etika kepada pihak berkepentingan (ortu, dewan sekolah) sehingga mereka dapat memahami batasannya serta peranan sang guru.


5. Kekurangan Penghargaan dan Dorongan

Penerapan moral umumnya hanya menekankan pada hukuman, tanpa adanya penghargaan terhadap para guru yang selalu mematuhi norma-norma etis, membuat dorongan bawahan untuk bertindak dengan etika semakin lemah.

Penyelesaian dan Tindakan Proaktif: Menghasilkan suatu lingkungan di mana para guru yang memiliki integritas serta profesionalisme tinggi mendapatkan apresiasi dan pengakuan. Hal ini dapat dicapai melalui implementasi program pujian, menceritakan kembali perjalanan menginspirasi mereka, ataupun memberikan peluang untuk meningkatkan kemampuan diri.


Kunci Jawaban Alternatif:

1. Ketidaktahuan serta kurangnya pengertian guru tentang kode etika profesionalisme mereka menjadi masalah utama.

Banyak pendidik yang masih kurang mengerti sepenuhnya tentang isi dan arti kode etika profesional.

Penyelesaiannya adalah dengan menyelenggarakan latihan berkala dan diskusi reflektif di sekolah tentang kode etika guru. Mendorong budaya belajar seumur hidup dalam komunitas pengajaran juga penting.

2. Dampak yang Berasal dari Lingkungan Atau Ikut Campurnya Faktor Luar

Guru terkadang merasakan tekanan dari para orangtua, pemimpin mereka, atau individu di luar lingkup kerja yang dapat mempengaruhi kesetaraannya dalam pengambilan tindakan.

Solusinya adalah memperkuat dukungan dari lembaga-lembaga terkait, misalnya dengan menciptakan wadah untuk berkomunikasi di antara guru, kepala sekolah, dan komite sekolah. Serta perlu menekankan keberadaan kebijakan yang melindungi profesi guru.

3. Ketimpangan Tanggung Jawab dan Aspek Kewajiban Etika

Guru kerap kali dituntut dengan tanggung jawab Administrasi yang berkurangnya waktu mereka dalam memberikan pendampingan kepada murid-murid secara etis dan bermakna.

Penyelesaiannya adalah dengan mengevaluasi pembagian tugas yang seimbang, sambil memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dalam hal administrasi sehingga para guru dapat lebih berkonsentrasi pada aspek-aspek pendidikan dan etika.

4. Kurangnya Teladan dari Atasan atau Teman Seperkerja

Jika atasan atau kolega gagal memperlihatkan kejujuran, motivasi untuk menerapkan moral dapat berkurang.

Solusinya adalah menciptakan sebuah kebiasaan saling mengingatkan dan memberi contoh dalam komunitas sekolah, sambil mendorong kepemimpinan transformasi yang mendukung prinsip-prinsip etika.

5. Ketidakhadiran Sistem Evaluasi dan Pelaksanaan Disiplin

Pelecehan etika sering kali tidak ditangani secara tegas atau terbuka.

Solusinya adalah membentuk tim etika sekolah atau otoritas supervisi dalam lingkup internal yang bertugas untuk mengulas, merespons, serta menyediakan bimbingan berdasarkan pendekatan yang fokus pada penyelesaian masalah dan kebaikan hati.

Melalui tindakan proaktif dan bersama-sama, pelaksanaan kode etika bagi guru tidak hanya menjadi beban pribadi, melainkan janji bersamasemua pemangku kepentingan dalam sistem pendidikan.

Semoga bermanfaat ***

Scroll to Top